Takkanku Sendiri

16/01/09 |

33 tahun sudah,

Tatkala aku saksikan sore jingga bertebaran menghiasi lautan

Burung-burung beterbangan semakin mempercantik.

Genap sudah, usiaku benar-benar semakin renta,

Saat aku tiup 33 lilin yang menyala।

Kusaksikan betapa aku semakin tiada berdaya mewujudkan mimpi

Dengan pengembaraan yang tak kunjung bermuara.


Wahai burung yang beterbangan!

Tolong bisikkan pada hatiku yang sampai saat ini masih bimbang

Bahwa,

Takkan aku jalani kerapuhan hidup ini

Sendiri melawan ketidakpastian

Dengan nafsu tercecer

Aku berjuang

Bahwa takkan aku jalani sendiri kerapuhan hidup ini

Dalam sepi

Aku melawan nafsu dan jalan liku

Mencari tulang rusukku yang hilang.


Tertopang

Padamu, wahai perempuan

Wajahmu yang terundung

Serta keelokkanmu yang selalu melumpuhkan

Betapa aku mendambamu, namun kebimbanganku masih seperti dulu

Tak kuasa menjemputmu

Kemanakah segala pengembaraan bermuara?

Betapa aku tak berdaya dengan kebimbanganku.

Perempuan, tolong jemput aku!

Jemput aku dengan kepercayaan bagimu, bahwa kaulah tulung rusukku yang hilang.

Betapa perempuan, pandangan yang melumpuhkan.

Ciputat, 13 Januari 2009

Betapa Kusaksikan Pandangan yang Menggila

0 komentar: