33 tahun sudah,
Tatkala aku saksikan sore jingga bertebaran menghiasi lautan
Burung-burung beterbangan semakin mempercantik.
Genap sudah, usiaku benar-benar semakin renta,
Saat aku tiup 33 lilin yang menyala।
Kusaksikan betapa aku semakin tiada berdaya mewujudkan mimpi
Dengan pengembaraan yang tak kunjung bermuara.
Wahai burung yang beterbangan!
Tolong bisikkan pada hatiku yang sampai saat ini masih bimbang
Bahwa,
Takkan aku jalani kerapuhan hidup ini
Sendiri melawan ketidakpastian
Dengan nafsu tercecer
Aku berjuang
Bahwa takkan aku jalani sendiri kerapuhan hidup ini
Dalam sepi
Aku melawan nafsu dan jalan liku
Mencari tulang rusukku yang hilang.
Tertopang
Padamu, wahai perempuan
Wajahmu yang terundung
Serta keelokkanmu yang selalu melumpuhkan
Betapa aku mendambamu, namun kebimbanganku masih seperti dulu
Tak kuasa menjemputmu
Kemanakah segala pengembaraan bermuara?
Betapa aku tak berdaya dengan kebimbanganku.
Perempuan, tolong jemput aku!
Jemput aku dengan kepercayaan bagimu, bahwa kaulah tulung rusukku yang hilang.
Betapa perempuan, pandangan yang melumpuhkan.
Ciputat, 13 Januari 2009



0 komentar:
Posting Komentar