Berbicaralah dengan hati nurani, rendah diri (bukan merendahkan diri red.) ketulusan, kejujuran, niscaya kata-kata kamu akan di dengarkan dan dimengerti orang lain sebagai nasehat. “Karena segala sesuatu yang terucap dari hati yang terdalam, akan di dengar oleh hati yang terdalam pula” Nasyaruddin Umar (Launching buku yang berjudul ---40 Seni Menggapai Kebahagiaan---Hotel Crown)

Jangan sekali-kali menasehati untuk menghakimi, apalagi menambah dengan menghardik dan menyalahkan. Karena tatkala seseorang melakukan kesalahan, kedzoliman, ketidakadilan, mereka berada pada keadaan yang sangat bertentangan dengan fitrahnya. Pada saat itu mereka hanya butuh didengar dengan pendengaran yang penuh cinta dan kasih sayang, ingin di peluk dengan hangatnya kasih sayang, dan tidak jarang mereka mempertanyakan, “Masih adakah di dunia ini yang berpihak tatkala aku khilaf? Masih adakah diantara mereka hadir menawarkan keberpihakannya atas nama ‘kesalahan’ yang telah aku perbuat dan menuntunku menuju lebih baik?”

Maka dengarkanlah…

Maka sayangilah…

Dengan cinta dan kasih sayang tulus yang kamu berikan, dengan sendirinya mereka akan merindukan kedamaian, keadilan, dan jalan lurus akan menuntunnya.

Kehidupan selalu berputar, kadang di atas dan bergerak menuju ke bawah. Kadang bahagia kadang terluka, terkadang berjalan pada jalan yang lurus dan kita selalu mencoba memberhentikan roda kehidupan pada satu titik nyaman, posisi di atas, kebahagiaan, jalan lurus. Tapi kenyataannya hidup tidak jarang salah dan kita terjebak pada kesalahan, dan kita menyesali, menyalahkan diri, kenapa semua ini bisa terjadi?apa salahku? Pertanyaan serupa seringkali muncul yang semakin memperpuruk keadaan diri.

Kenapa masih salah? Padahal rencana berbagai kebaikan tak henti menghiasi hari.

Tak selamanya kesalahan adalah aib yang akan menjadikan seseorang hina dimata sesamanya, di sisi pencipta. Kenapa? atas nama cinta, kenapa kita tidak memohon pada-Nya agar membantu kita untuk melupakan kesalahan-kesalahan masa lampau yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang kita sayangi, orang yang kita cintai.

Bukankah setiap orang pernah salah? Dan akan terus bertemu dengan kesalahan?”

Kita sudah sering mendengarkan kata-kata tersebut, tapi pernahkan kita merenungkan makna dan hakekat di dalamnya?

Baru segelintir orang yang mencoba merenungkannya dan didalamnya adalah orang-orang yang mencintai sesamanya dengan ketulusan, menghadirkan kepercayaan bahwa selama hidup masih berputar segalanya akan berubah. Dan perubahan itulah kesempatan bagi kita untuk intropeksi diri menjadi lebih baik, dan membantu orang-orang yang kita cintai untuk mencintai dirinya, mengakui kesalahannya dan kemudian memperbaikinya, bukan mengutuknya dan menjadikannya budak penyesalan.

Banyak orang yang meninggalkan orang-orang yang disayangi hanya karena mereka salah, istri-istri yang meninggalkan suaminya karena perselingkuhan, begitu pula sebaliknya. Lebih parahnya mereka membalas dengan perbuatan serupa yang sama halnya mengindahkan penghianatan terhadap cinta. Rasanya kejadian tersebut membuat mereka tidak lagi menyadari kalau hidupnya juga pernah berada pada suasana yang sama, atau mungkin mereka menyadari tapi kuwalahan bergelut dan mengontrol keputusan-keputusan sesaat. Sakiitt memang, melihat pasangan kita bermadu cinta dengan orang lain, sakit dan segalanya terenggut, harga diri dan segala-galanya yang dimiliki tidak lagi berarti. Sakiitt!!tapi yang menjadi pertanyaan adalah: ‘Dengan cara apa kita mengurangi rasa sakit serta kekecewaan tersebut?’ Akankah kita makin dekat pada-Nya atau makin jauh dengan menghianati cinta dengan tindakan yang tidak lagi mengindahkan ajaran agama? Benar-benar berada pada pilihan hidup yang tidak bisa dijawab dengan kontemplasi sesaat. Antara cinta dan kebencian, antara ketundukan rasa dan mendendam, mengaduk-aduk dan menggoncangkan perasaan, sehingga seringkali tidak mengerti hendak dibawa kemana ketersakitan ini, kecuali bermuara satu pada-Nya.

‘Sarmila’ dia adalah sosok yang anggun, perempuan yang membuat aku terkagum atas ketulusan cintanya pada keluarganya, cintanya mampu membungkus segala goncangan batin terbungkus rapi dalam senyuman tulusnya (berusaha tulus red.). Cintanya yang memberi kekuatan sekaligus bertahan dalam goncangan mahligai rumah tangga yang sedemikian dahsyatnya, ketersakitan menjadi teman sejati, siang malam dia berdoa dan memohon pada yang Kuasa.

“Inikah ujian-Mu Robb, yang Engkau tujukan padaku; hamba-Mu yang lemah. Apabila ketulusan cinta ini masih berpihak padaku atas izin-Mu, hamba memohon atas nama cinta serta ketulusan, bantu hamba untuk melupakan kesalahan-kesalahan suami hamba, beri kekuatan bagi hati yang telah tersirnakan, demi anak-anak hamba, generasi penerus serta penegak ajaran-Mu. Robb!!beri kekuatan pada hamba-Mu, apabila selama ini hamba lalai terhadap peran (bukan kodrat red.) hamba sebagai seorang istri serta ibu bagi anak-anak kami, sadarkanlah suami hamba atas tanggung jawabnya. Ampuni ya Allah, hanya atas kuasa-Mu semuanya terjadi sesuai harapan hamba”

Betapa tidak!!tatkala Yahya Zaini bersama Maria Eva selingkuhannya telah bercumbu rayu di atas ranjang penghianatan, video rekaman tersebar di berbagai media cetak maupun elektronik dengan cepatnya bak jamur di musim hujan. Benar-benar musibah yang mampu merusak image keluarga besar Sarmila.

Masyaallah!! ’Sarmila’, benar-benar ketabahanmu dalam menerima keadaan dan berharap semua dapat diperbaiki, membuat segalanya berubah atas yakinmu pada kehidupan yang selalu berjalan membawa perubahan dan pada-Nya.

Mempertahankan segala sesuatu yang kita yakini benar adalah beban berat dan penuh dengan tantangan, menyakitkan, menyiksa diri. Namun demi harga diri semuanya tidak lagi berarti, harga diri di depan pencipta kita. Tapi semuanya tak lagi berarti tatkala kita menjalaninya dengan menyertakan cinta dan kasih sayang dan tantangan-tantangan itu hadir sekedar menguji kualitas dan tingkat ketulusan kita dalam berkorban ’Bagi Cinta Bagaimana Menata Esok Lebih Baik’

-----Tatkala manusia tak lagi mengindahkan cinta dan kasih sayang, binasalah inti ajaran-Nya____

Ciputat, Infotainment Bertema YZ dan ME

1 komentar:

Anonim mengatakan...

iya mbk sepakat, sarmila wanita yg hebat. ia mampu bertahan dikala orang yg dikasihinya telah mengkhianati, krn makna cintany yg dalam thd Illahi Robbi..
wahh tulisan mbk bnr2 bagus ^^
semangat lalu yaw ^^