Wahai permata hatiku!!
Adalah setiap gerakanmu menggetarkan niatan ibu untuk tetap semangat mengajarimu membaca masa depan yang tiada pernah pasti. Mengajarimu berjalan supaya mampu mengarungi jalan kehidupan yang tak jarang berliku. Mengajarimu melihat sebagaimana mestinya, karena hidup ini teramatlah menggiurkan namun tak selamanya indah. Mengajari meraba sekaligus merasa dan untuk mengabdi pada-Nya.
Permata hatiku!!
Kamulah yang akan meneruskan harapan besar ibu berjuang di jalan agama. Makanya ibu minta maaf, apabila pada satu titik tertentu dirimu teramatlah lelah berjuang di tengah pertentangan idealisme yang seringkali ibu saksikan di tengah pergulatan kehidupan mahasiswa. Entah keputusan ibu ini benar atau salah yang mengharuskanmu mengarungi lautan ilmu yang syarat dengan debur ombak, pertentangan idealisme, emosi yang seringkali terjajah hanya karena ide yang terus ditegakkan. Namun ibu yakin akan datang suatu hari dimana kamu akan mengamini bahwa yang ibu putuskan buat kamu, benar adanya bermanfaat bagi kehidupanmu dan orang-orang di sekitarmu nanti.
Wahai pengisi ruang kosong naluri keibuanku!!
Bukan karena ibu tidak percaya terhadap keputusanmu dan tidak memberimu kesempatan untuk menentukan masa depan sesuai keinginan sesaatmu. Namun di usia dini dan dalam masa pencarian jati diri, sejatinya kamu masih teramatlah membutuhkan komando untuk mengarahkan hidupmu dan ibu merasa kamu belum mampu untuk mengambil keputusan terbaik untuk masa depan. Makanya ibu mengambil peran dalam babak-babak tertentu dari hidupmu. Karena ibu rasa, ibu perlu mengajarimu memainkan lakon kehidupan yang tak jarang melena.
Sembari meratapi nasib menjalankan segala keputusan ibu yang saat ini menurutmu ibu kejam dan tak berperasaan, bersama itu pula ibu tiada pernah lelah mengajarimu berdiri tatkala terjatuh di tengah persaingan, ibu tak akan pernah lelah menyulam dan menenun keringat siang malam sebagai ruang pengabdian ibu atas amanat-Nya bernama ‘AnAk’.
Ibu tahu kamu getir menghadapai masa tersulit dalam hidup, kamu getir menuju esok setelah gelar S1 teranugerahkan, bersamaan itu pula segala beban moral harus kamu pertanggungjawabkan. Namun, jangan lagi kamu katakan “Lebih Baik Jadi Orang Bodoh, Yang Tiada Pernah Salah Karena Tidak Pernah Mempelajari Kebenaran”. Jangan lagi khawatir anakku, dengan input pengetahuan dan kamu sertakan niatan tulus di dalamnya, kamu akan menjadi apa nanti. Yakinlah dengan ilmu, kamu akan menjadi yang tiada pernah disangkakan namun Allah Maha Tahu dengan input pengetahuan yang kamu miliki, semestinya kamu menjadi orang yang bermanfaat bagi agamamu. Jika kamu yakin akan janji-Nya adalah setiap do’a ibu yang tersulam, akan menjadi kekuatan dan sarana mengkomunikasikan segala harapan pada-Nya. Jangan lagi khawatir, jangan lagi cemas, bahwa dalam hidup ada masa-masa kita harus berpuasa demi menunggu satu waktu yang penuh kenikmatan yang keyakinan kita sendiri tiada pernah tahu kapan datangnya? Namun janji-Nya selalu tepat pada waktunya.
Anakku!!
Ibu bersikap demikian pada kamu, bukan karena ibu tidak sayang sama kamu,
bukan karena alasan ibu tidak mampu mencerdaskanmu dalam pangkuan ibu, membesarkan kamu dalam asuhan ibu, penuh kasih sayang dan emosi termanjakan.
Tidak..
Tidak anakku ..
Dengan alasan kamu harus jauh dari ibu, itu bukan menjadi ukuran kalau ibu tidak sayang padamu, justru lewat inilah ibu masih belajar bagaimana menyayangimu dengan baik.
22 tahun menjadi ibumu, ibu merasa masih harus banyak belajar untuk mendidikmu menjadi hamba Allah yang lurus niatannya dalam mencari ilmu. Ibu masih harus banyak belajar dari setiap sikap dan perkataan ibu, bahkan keputusan-keputusan besar ibu yang selalu ibu tujukan padamu. Apakah benar dengan segala usaha serta keringat, ibu benar-benar telah melaksanakan amanat dari Allah untuk mendidikmu dijalan-Nya.
Anakku!!
Jangan lagi khawatir karena terbentangnya waktu yang memberi jarak setiap kali kita ingin memandang, setiap kali kita ingin memeluk erat dalam kesepian. Hapuslah air matamu, yakinkan tekad juangmu. Sedetikpun ibu tiada pernah lupa mengingatmu, dalam album tercantik yang ibu miliki. Adalah setiap harapanmu ruang bagi ibu untuk menyempurnakan misi agama, ruang bagi ibu menyandarkan segala kelelahan, melihat kamu tersenyum terhapuslah segela kepenatan.
Wahai permata hati ibu, adalah input pengetahuan dan segala tingkah polah, perkataan serta sikapmu adalah surga dan neraka bagi ibu. Oleh karena sebab itulah segala perjuangan ibu sebagai ikhtiar kelak hidupmu akan mengantarkan ibu menuju surga-Nya.
Anakku!!
Hapuslah air matamu, tatkala kamu terjatuh, kamu tak akan sendiri. Karena ibu selalu memeluk getirmu. Tatkala kamu terjatuh dari target hidupmu, ibu orang yang pertama kali yang mengingatkanmu sekaligus menyadarkanmu “mungkin pada saat-saat tertentu kamu belum punya kesiapan untuk menerima anugerah Tuhan sesuai dengan target hidupmu. Kamu harus yakin untuk menerima anugerah setiap dari kita membutuhkan kesiapan, makanya kamu di uji. Allah memberi kamu satu titik kejenuhan yang membuatmu tidak lagi mampu memenuhi target-target hidup, itu tak lain adalah sarana bagaimana kamu harus membuat strategi baru dalam hidup, biar hidupmu tidak datar dan kamu menemukan seribu nuansa di setiap rencana-Nya. Rencana Tuhan yang tidak bisa kita pastikan namun sembari berpuasa menahan segala kepenatan, yakinlah akan datang saat-saat berbuka dan berjuta kenikmatan tertimbun disana.”
Anakku!!
Ibu sayang padamu, makanya ibu tak akan pernah jauh dan meninggalkanmu dalam keterasingan. Anakku hapuslah air matamu karena ibu selalu di sisimu.
Anakku dalam kegersangan jiwamu, dan keterasingan yang semakin menyerang, bersama itu pula ibu kirimkan pasukan do’a untuk membantumu berjuang mewujudkan harapan agamamu, negaramu, serta harapan bapak dan ibu. Hingga masa datang dan perahu kita telah merapat ke daratan, kita akan bercerita tentang masa yang telah hilang. Kita akan bercerita tentang pahit getir kehidupan, dan disanalah kita akan menjadi seseorang yang dewasa pemikirannya dan kita beda menuju jalan-Nya. Anakku sayang, duhai penyemarak segala hidup dari kesunyian, ibu puisikan sebuah syair, ibu sulam menjadi sebuah nyanyian dan do’a untuk menemani serta mengantarkanmu menuju mimpi kita bermanja di sana.
“Surat Dari Ibu”
Pergi ke dunia luas, anakku sayang
Pergi ke hidup bebas
Selama angin masih angin buritan
Dan matahari pergi menyinari daun-daunan
Dan dalam rimba dan padang hijau
Pergi ke laut lepas anakku sayang
Pergi ke alam bebas
Selama hari belum petang
Dan warna senja belum kemerah-merahan
Menutup pintu waktu lampau
Jika bayang telah pudar
Dan elang laut pulang ke sarang
Angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
Dan nahkoda sudah tahu pedoman
Boleh engkau datang padaku
Kembali pulang anakku sayang
Kembali ke balik malam
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
‘tentang cinta dan hidupmu pagi hari’
(Asrul Sani)
Wahai permata hatiku!!!
Setelah kita bercerita dan akhirnya ibu berbisik padamu “anakku! sudah masanya ibu menitipkan sekaligus menyerahkan tanggung jawab atas dirimu pada seseorang dimana dari tulang rusuknya dirimu tercipta. Semoga kamu menjadi perempuan yang baik, taat pada suami dan juga agamamu sekaligus guru bagi keluargamu. Dan semoga ibu benar-benar telah menjalankan amanat dari-Nya atas segala usaha ibu untuk menjadikanmu perempuan yang berbakti pada agama.
Wahai permata hatiku, pelipur segala dukaku, adalah dirimu benar amanat dari Tuhan, maka dalam setiap harapanmu ibu kirimkan do’a-do’a untuk menenangkan dan menyemangati perjuanganmu mengantarkan ibu pada surga-Nya.
-------percayalah anugerah terbesar telah menanti di tengah perjuanganmu, dan ruang gerak dalam hidupmu tak sesempit sebagaimana kamu pikirkan--------
Amin, semoga Allah melindungi anak perempuan ibu di tengah kerasnya kehidupan metropolitan. Jika lupa, Allah mengingatkan. Jika jauh dari agama, Allah mendekatkan. Jika lalai, Allah menegur sehingga dalam suasana apapun adalah sarana bagimu untuk selalu berdekatan dengan-Nya.
Ya Allah dalam kebimbangan serta keraguan merelakan putriku bergelut di tengah kerasnya metropolitan, bersama do’a hamba titipkan kehidupan hanya pada-Mu satu, lindungi putriku dari kecemasan menatap esok yang tiada pasti.
Sabtu, 12 Juli 2008
Tatkala zoom merasuk dalam karakter ibu



0 komentar:
Posting Komentar