Damai Bersama-Nya

10/11/08 |

Malam ini hatiku gundah, gundah sekali. Kegundahan yang berhasil membuat tidurku kembali terjaga. Seperti mata ini terpejam, namun hati selalu bercerita dan berbicara tiada hentinya. Kegundahan yang selalu bertanya-tanya dan logika ini tak mampu lagi untuk memberi jawaban, benar-benar fikiran ini buntu. Kegundahan membantuku untuk meluruhkan segala kepenatan logika, dan resahnya hati selalu berbolak-balik, dan ego yang selalu menopengi diri.


Benar aku tidak mampu melanjutkan istirahat malam ini, akhirnya aku memutuskan untuk mengurangi waktu istirahat demi mengerti kegundahan yang semakin menyerang, mungkin kegundahan benar hadir karena biar bagaimanapun dia adalah bagian dari kehidupan dan rasa yang setiap saat juga butuh untuk di mengerti. Karena dia punya ruang hidup tersendiri dalam hidup ini.


Aku tidak mengerti apa yang mesti aku lakukan untuk kegundahan yang semakin menyiksa malam. Biasanya tengah malam aku tidak berani jaga sendirian. Sindrome kemalingan Laptop dan HP(09 November 2007) beberapa bulan yang telah lalu sampai detik ini belum menyadarkan ingatan, bahwa sejatinya nyata tidak begitu menakutkan. Sebenarnya tidak sengeri dari apa yang ada dalam fikiran.


Namun malam ini kegelisahan telah berhasil mengeluarkanku dari rasa takut dan was-was yang berlebihan, dan menuntun langkah kaki untuk mengambil wudhu dan mensucikan bagian badan ini dari hadats kecil. Begitu air wudhu bertepuk dan membasahi sebagian kepala dan muka, di situ mulai aku rasakan damai. Ada setitik cahaya yang merasuk dan memecahkan kegelisahan yang merundung berbolak-baliknya hati seperti bulu yang ditiup angin.


                Selesainya sholat malam, di situlah aku baru menyadari bahwa kegelisahan
 adalah kerinduan yang teramat akan munajat-Nya, benar-benar kejadian yang menurutku 
di luar dugaan. Dengan mudahnya air mata ini mengalir membasahi pipi, dan kalimat-
kalimat penuh dengan permohonan maaf itu dengan fasihnya atas nama kerinduan 
terucap syahdu.
 
 
“Ya Allah, betapa tersiksanya hati ini karena jauh dari-Mu
Selama ini aku selalu menggunakan logika dan sekaligus
Menjadikannya dewa akan segala keputusan hidup
Namun kali ini aku benar-benar tiada daya dan upaya
Tolong Ya Allah, dewa itu sekarang telah mati
Dan tak lagi mampu memberikan keputusan dalam hidup
Dewa itu telah binasa kiranya
Kuasai pikiran serta hati yang dengan mudahnya berubah
Dan berganti suasana
Yang terkadang membuatku  kewalahan bergelut dengan berbagai nuansa
Ya Allah!!! ini malam, malam tiada daya dan upaya sedikitpun 
bagiku
Tolong ya Allah!!! luruhkan egoku
Dengan segala keberanian tanpa kemunafikan
Untuk mengakui segala dosa dan alfa
Di sisi-Mu, ya Allah!!!
Malam ini, aku benar-benar bermunajat
Atas anugerah-Mu jangan lagi Engkau jauhkanku dari mencintai-Mu
Jangan lalaikanku untuk mensyukuri semua anugerah-Mu
Jangan Ya Allah
Atas rezeki-Mu yang telah Engkau amanatkan
Jadikanlah aku ahli shodaqoh. Atas segala kelebihan 
yang Engkau anugerahkan, Jadikanlah aku rajin beramal.
Benar-benar dunia ini telah melenaku
Tanpa aku sadari, sesungguhnya diri ini semakin jauh dari-Mu
Semakin aku cintai dunia-Mu
Semakin aku tersudut dalam ketersiksaan
Semakin aku terperosok dalam jurang kebimbangan
Ya Allah jangan lagi, Engkau biarkan aku merasa sendiri 
menikmati dunia ini karena Ego. Luruhkan!!!luruhkan!!! 
 Ya Allah
Dan kembali sapa keterbatasan ini”
 
     Suasana malam ini benar-benar memberikan kesan dan mengingatkan masa laluku
 waktu di pesantren, do’a-do’a penenang  kalbu kembali terucapkan dalam keterbatasan.
 Cuman bedanya dulu aku fasih berdo’a dengan bahasa Arab dan amalan-amalan tersebut 
merupakan warisan dari para sesepuh spiritual, namun saat ini aku sudah terbiasa berdo’a
 dengan bahasa tercintaku yaitu “Indonesia” dan aku merasa lebih mudah meluruhkan 
penat dunia.
 
     Terima kasih ya Allah, telah Engkau sapa dan Engkau jadikan kegelisahan sebagai
 sajadahku malam ini, betapa kegelisahan ini telah menyelamatkan hati, fikiran serta 
egoku.
 
“Bila mungkin hidup hampa dan dirasa
Mungkinkah hati merindukan Dia
Karena hanya dengan-Nya hati tenang damai jiwa dan raga”
 
(Opick)

Damai Bersama-Mu

Aku termenung di bawah mentari

Diantara megahnya alam ini

Menikmati indahnya kasih-Mu

Kurasakan damainya hatiku

Sabda-Mu bagai air yang mengalir

Basahi panas terik di hatiku

Menerangi semua jalanku

Kurasakan tentramnya hatiku

Jangan biarkan damai ini pergi

Jangan biarkan semuanya berlalu

Hanya pada-Mu Tuhan tempatku berteduh

Dari semua kepalsuan dunia

Bila kujauh dari diri-Mu

Akan ku tempuh semua perjalanan

Agar selalu ada di dekat-Mu

Biar kurasakan lembutnya kasih-Mu--==== (Chrisye)===--

Tengah Malam 
Ciputat, 17 Januari 2008

0 komentar: