--==dan Kekalutanpun Sering Kali Merapat Padaku==--
Aku sering sekali menyaksikan orang-orang yang idealis hidupnya habis untuk menyalahkan kenyataan. Kenyataan yang seringkali menghampiri hidup, seringkali terjadi di luar rencana dan dugaan, dan jauh sekali dari nilai-nilai idealitas yang mereka impikan.
Siapa mereka??
Anehnya mereka adalah orang-orang yang hidupnya didedikasikan penuh di dunia akademik untuk mendidik generasi bangsa. Benarkah? bahwa pendidikan formal hanya mengajari ide-ide yang seringkali mereka ucapkan tanpa tahu apa yang mereka omongkan? Ide-ide yang menjajah hidup kita dan terbiasa menyalahkan kenyataan yang terjadi. Dan mereka menyusun berbagai teori untuk semakin mengukuhkan bahwa kenyataan benar-benar salah.
‘Bahwa Hidup Ini Bukan Impian Belaka
dan Juga Bukan Khayalan Yang Sekejap
Semuanya dapat Terwujud Sesuai dengan Keinginan
Bahwa Hidup Adalah Kenyataan Itu Sendiri
antara harapan dan apa yang terjadi”
Iya!!!hari ini sebelum aku mempresentasikan makalah, akupun harus sibuk mengumpulkan ide-ide terbaik, seperti harapan dosen dan sahabat-sahabat yang akan mengomentari, mempertanyakan, mengkritik, dan akupun harus menyusun ide-ide terbaik tersebut demi tuntutan nilai akademikku dan prestise tersendiri di hadapan mereka. Menyusun ide-ide terbaik yang terkadang aku tak lebih bagaikan seekor keledai yang tidak tahu apa yang membebani gerobaknya, dan aku tidak tahu makna dari kegiatanku, seperti datang dan terus diceramahin.
----pada satu waktu aku muak, ingin membebaskan diri dari duniaku---
Aku capek, aku lelah, jenuh sekali dengan segudang teori yang semakin membuat pencarian hidup semakin kehilangan muaranya. Berhadapan dengan mereka tiada hari tanpa menyalahkan. Apa lebih baik aku diam?
Anehnya apakah mereka benar-benar tahu, solusi yang terbaik setelah mereka menyalahkan. Menyalahkan DIKNAS, menyalahkan DEPAG yang terkenal dengan sarangnya koruptor, yang membuat pendidikan Islam (Madrasah) terhambat perkembangannya?
Dan para orator rela mengorbankan waktu kuliahnya untuk melawan kebijakan pemerintah, melawan kebijakan rektorat yang dianggap tidak mengedepankan kepentingan mahasiswa, semuanya hanya uang dan uang, DOP setiap tahunnya naik dan semakin mahal.
Memang terkadang dunia ini aneh, fasilitas maunya bagus, bermutu, efisiensi. Apakah tuntutannya itu tidak membutuhkan pegawai baru yang otomatis biaya operasionalpun menjadi meningkat. acHHhh!!! aku semakin pusing dan semakin tidak berarah melihat satu permasalahn dari berbagai sudut pandang yang tidak jelas salah benarnya, tidak ada ujungnya. Membawa maslahah pada pihak –pihak tertentu, sekaligus madhorot bagi pihak lain.
Tatkala aku terdaftar jadi mahasiswa dengan segala peraturan dan masalah birokrasi yang ribet. Iya!!!!aku juga harus ikut mereka.
Tatkala aku tidak mengiyakan, hasilnya segudang prestasi akademik tidak lagi bersanding dengan diriku. Dan diam bagiku adalah penghianatan bagi mereka.
Iya!!!!
Cara pandangku telah tergeser
Entah kemana?
Kearah tidak menentu
Kuliah malas, tidak ada jawaban pasti
Setiap hari diskusi
Membicarakan kehidupan kesana-kemari
Setiap hari datang menuju bangku kuliah
Ceramah dan diceramahi
Mencari siapa lagi yang harus di salahkan
Aku capek!
Dan kejenuhan menyapa sisi lemahku dan semakin tak berdaya
Sehingga pada satu waktu aku tak lagi mencintai duniaku sendiri (akademik red.)
Pikiranku jenuh, mandeg, notok jedok, pol-polan
Seakan-akan berbagai teori yang dijejalkan oleh para dosen
Seolah berontak dan mempertanggungjawabkan, mana kenyatannya?
Aku sudah capek hidup di dunia ide, mimpi, serta harapan palsu
Aku lelah dengan arah tak menentu
Aku ingin hidup yang lebih nyata, karena hidup adalah rangkaian kenyataan yang perlu disikapi dan kita bertindak
Iya!!!
“MESKI PADA HAKEKATNYA JALAN KEHIDUPAN BERAWAL DARI MIMPI SERTA IDE, TAPI HENDAKNYA TETAP BERMURAH HATILAH TERHADAP KENYATAAN”
Aku tidak menganggap bahwa dunia ide itu tidak penting, tapi bagaimana kita mendekatkan teori tersebut dengan kenyataan, tidak terus menerus memaksa kenyataan harus sesuai dengan impian, karena sampai kapanpun rasa syukur itu takkan pernah terucap jika kita tidak menerima kenyataan sebagai anugerah-Nya.
-------Sekali waktu kita butuh suasana lain dari hidup ini--------
***tulisan ini, aku alurkan ketika aku duduk di bangku semester enam. Entah karena alasan apa, kalimat demi kalimat keluar apa adanya tentang kekalutan. Seperti aku tersudut dan tersesat pada jalan hidup yang telah aku pilih tanpa aku mengerti, inikah jalan yang harus aku lewati untuk semakin mendewasakan intelektualku?
Sebagai komunitas akademik kenapa aku berontak dengan dunia yang telah aku bangun dan aku bela hingga saat ini, hingga kekalutan menyetubuhi semangatku. Inikah kekalutan yang sejatinya akan mengantarkan siapa diriku sesungguhnya di tengah komunitas akademik?
Apakah benar seperti yang dikatakan ibu, bahwa aku telah menemukan dunia lain yang sejujurnya itu duniaku apa adanya?
---Tatkala emosionalku ingin terpeluk mesra
Aku ingin ada yang membelaiku tatkala kesepian
Ada yang mengusap air mataku tatkala menangis,
Adalah ibu, perempuan yang ku cinta sepanjang masa
Semoga jarak yang membentang tetap mampu mengukuhkan ikatan emosional diantara kita berdua. Aku rindu ibu, ditengah peperangan wacana-----
KompLek Dosen UIN, Mei 2007



0 komentar:
Posting Komentar