Masa Kecil itu Indah

22/03/09 |

Sungguh merupakan kebahagiaan dan suasana yang teramat menggugah dan menyentuh emosional, di tengah kebisingan metropolitan dengan seabrek tanggung jawab sebagai mahasiswa, tiba-tiba sampailah pada satu waktu yang mampu menyeret angan-angan Atiqoti Minarika dari asrama IIQ (Institut Ilmu Al-qur'an) sekaligus Nur Rahmawati menuju kontrakan mungilku dan Faidah Umami.


Seperti kebiasaan perempuan lainnya, dimana dalam satu perkumpulan bisa dipastikan topiknya tidak jauh-jauh dari ngegosip. Masalah cintalah, masalah ini dan itulah sampai aibnya orang lain dikorek. Namun, dari situlah canda tawa begitu riangnya mampu meleburkan segala cerita pada satu masa yang telah menjadi kepastian dalam hidup yaitu sejarah di masa kecil menjadi bahan pembicaraan yang utuh.


Di depan kontrakan lengkap dengan ayunan, disana kita berhadap-hadapan mengalunkan segala cerita yang telah hilang dengan segala kesannya yang selalu memikat dan sesekali manusia tidak akan pernah melupakan. Cerita masa kecil yang selalu menjadi sepenggal episode yang menyajikan segala keindahan dan berhasil menyematkan sejarah dalam kehidupan manusia. Sungguh merupakan kenangan yang memosisikan kita sebagai manusia yang belum mengenal dosa dan sederet beban kehidupan. Sebuah masa dimana kita dengan segala kecerdasanya dan terbatas dari persepsi dan prasangka. Kita masih putih bersih dari coretan kehidupan sehingga pada waktu itu, aku sering dapat amanat dari orang tua, "mumpung masih kecil nak, belajarlah yang rajin, nanti kalo sudah seumuran Ibu cara pandang itu berubah dan bergeser dan kamu kehilangan kesempatan emas ini" "belajarlah yang rajin nak, mumpung kamu belum mengenal kuatnya kebutuhan akan emosional, cerdaskanlah kognitifmu, karena memang benar kamu berada dalam masa itu" "belajar yang rajin ya nak" .


Keceriaan di masa kecil itu begitu utuh, segala polah yang meriang disana benar-benar ekspresi yang sangat alami dan terjadi apa adanya, yaitu ekspresi yang menyajikan keindahan yang saat ini mulai jarang kita jumpai pada kerumunan anak kecil. Masa sekarang dimana anak dididik jarang sekali di tempat yang alami, yang menjadikannya mampu berbaur dengan alam sekitarnya dengan ekspresi yang sesungguhnya.


Benar-benar jarang kita jumpai pemandangan waktu kecil semasa itu. Dulu kita bermain pasir, kita membentuk rumah-rumahan disana, hanya permainan yang rendah dan murah namun kualitas kebersamaan dan kebahagiannya jangan lagi ditanya. Bermain kelereng yang seringkali mempertemukan kita pada suasana penuh ricuh, kemudian melaporkan ketidakberanian kita pada orang tua. “ibu!!!ibu!!!! Intan nakal??? hiks,,,hiks,,,hiks,,,,trz teman-teman sepermainan bilang “kalo aku cengeng, Zumaroh cengeng, Zumaroh cengeng’!!!lucu sekali, benar-benar album terindah yang tidak pernah bosan untuk di kenang.


Sekali kita berbaur dengan berbagai cerita yang tidak masuk akal namun dengan segala keterbatasan pengetahuan dengan mudahnya kita mempercayainya. Saben istirahat kita bermain di pemakaman bareng-bareng mencari bunga Kamboja dan kita berebut menemukan bentuk bunga yang aneh, setelah kita menemukannya kita simpan di tengah buku tulis dengan harapan dianugerahi kecerdasan. prestasi akademik yang mampu membesarkan hati kedua orang tua.


Benar-benar tidak masuk akal atau mungkin mitos konyol itu sekarang menjadi perdebatan yang melelahkan, ada yang bilang syiriklah, bid'ahlah dan tahayullah. Namun pada masa itu, benar-benar pemikiran kita belum sampai untuk memikirkan hal sedalam itu, justru lewat itu kita belajar menyandarkan diri kita pada kekuatan di selain kita, yaitu Dzat Yanng Memberi Kekuatan.


Benar-benar masa yang takkan pernah terhapus dan telah menjadi sebuah kepastian yang tidak bisa dirubah. Saat ini pendidikan anak kecil memang serba menjanjikan, namun bagiku pernah menjalani masa kecil seperti gambaran tersebut, sungguh membuatku bahagia dan bersyukur karena telah melewati masa kecil secara alami tanpa banyak terhalangi oleh segenap peraturan yang pelan-pelan membunuh imajinasi kreatif kita.


Lihat saja kenyataan saat ini, bagaimana anak kecil bisa tumbuh dengan alami. Masih kecil sudah di bebani dengan segudang Tugas Rumah dari sekolah. Aku sering melihat adik berbeda sekali pertumbuhannya denganku. Dulu aku sepulang sekolah sering bermain-main di atas gunung dan juga di hutan bareng-bareng sama teman. Sekarang? mana mungkin bisa, pulang sekolah belajar kelompok untuk mengerjakan tugas, sorenya mengaji dan malanya sudah teramat lelah. Tiba-tiba sudah pagi lagi dan jelas anak-anak seusia mereka kurang sekali mendapatkan keberbauran dengan alam dan mereka tidak berhasil memenuhi kebutuhan emosinya sebagaimana mestinya.

Sekali lagi aku ucapkan masa kecil itu indah sekali

To Be continyue..... tunggu kelanjutannya,....

0 komentar: